ANGGARAN RUMAH TANGGA
GERAKAN MAHASISWA
KRISTEN INDONESIA
Pasal 1
U S A H A
1. Mempertumbuhkan dan
memperdalam kehidupan beriman dengan doa, penelaahan Alkitab, Ibadah, pembinaan
persekutuan dan tanggung jawab bagi perkembangan, pembaharuan bagi keesaan
gereja yang am.
2. Membina kemajuan studi
dan riset untuk mengikuti dan menguasai ilmu pengetahuan, mewujudkan panggilan
perguruan tinggi mahasiswa dalam mempersiapkan sarjana dan pemimpin yang ahli
dan bertanggungjawab bagi pembangunan dan pembaruan untuk mencapai
kesejahteraan materil dan spiritual
3. Membina pemimpin dan
penggerak yang bekerja secara bertanggung jawab terhadap Allah dan manusia di
dalam masyarakat, negara, gereja, perguruan tinggi dan mahasiswa bagi
terwujudnya perdamaian, keadilan, kesejahteraan, kebenaran dan cinta kasih di
tengah-tengah manusia dan alam semesta.
Pasal 2
KEANGGOTAAN
1.
Anggota terdiri dari :
a. Anggota biasa, yaitu
mahasiswa, warga negara Indonesia, yang sedang mengikuti kuliah pada perguruan
tinggi di Indonesia sampai dua tahun sesudah tidak menjadi mahasiswa lagi.
b.
Anggota luar biasa,
yaitu :
1)
Bekas anggota biasa
2)
Bekas mahasiswa dan
mahasiswa yang tidak termasuk dalam titik a.
c.
Anggota kehormatan,
yaitu mereka yang berjasa kepada organisasi.
d. Anggota penyokong,
yaitu mereka yang bersedia membantu organisasi secara berkala dengan jumlah
yang ditentukan oleh Badan Pengurus Cabang.
2.
Penerimaan anggota :
a. Anggota biasa diterima
oleh Badan Pengurus Cabang setelah memenuhi syarat penerimaan anggota.
b. Anggota luar biasa
diterima oleh Badan Pengurus Cabang setelah memenuhi syarat penerimaan anggota.
c.
Anggota kehormatan
diangkat oleh Pengurus Pusat atas usul Badan Pengurus Cabang.
d.
Anggota Penyokong
diangkat oleh Badan Pengurus Cabang.
3.
Pembebasan keanggotaan
berlaku karena :
a.
Meninggal dunia.
b.
Atas permintaannya
sendiri secara tertulis kepada Badan Pengurus Cabang.
c. Dibebaskan sementara
oleh Badan Pengurus Cabang dan yang bersangkutan berhak membela diri dalam
Konperensi Cabang.
d. Dipecat dengan
Keputusan Konperensi Cabang, dan yang bersangkutan berhak membela diri dalam
Kongres.
4.
Daftar anggota :
Badan Pengurus Cabang sudah menyerahkan daftar anggota
kepada Pengurus Pusat sekurang-kurangnya satu kali dalam dua tahun, yang
diserahkan selambat-lambatnya tiga bulan sebelum Kongres.
Pasal 3
K O N G R E S
1. Kongres berlangsung
dengan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah ditambah satu
jumlah Cabang dan sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari jumlah seluruh
utusan yang ditentukan.
2. Utusan-utusan yang
menghadiri Kongres mewakili Cabangnya sudah dilantik dan disahkan oleh Pengurus
Pusat.
3. Jumlah utusan Cabang
yang menghadiri Kongres diutus sebagai berikut :
25 — 100 orang anggota diwakili oleh 2 orang utusan
101 — 200 orang anggota diwakili oleh 3 orang utusan
201 — 300 orang anggota diwakili oleh 4 orang utusan
301 — 500 orang anggota diwakili oleh 5 orang utusan
501 — 700 orang anggota diwakili oleh 6 orang utusan
701 — 950 orang anggota diwakili oleh 7 orang utusan
951 — 1.250 orang anggota diwakili oleh 8 orang utusan
1.251 — 1.750 orang anggota diwakili oleh 9 orang
utusan
1.751 — dst orang anggota diwakili oleh 10 orang
utusan
4. Kongres dipimpin oleh
Majelis Ketua yang terdiri dari utusan-utusan dan unsur Pengurus Pusat yang
dipilih oleh Kongres.
5. Kongres bertugas :
a.
Menetapkan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi.
b.
Menilai laporan umum
Pengurus Pusat.
c.
Menetapkan garis besar
program dan garis besar organisasi, kebijaksanaan umum dan anggaran pendapatan
dan belanja organisasi.
d.
Memilih Pengurus
Pusat.
Pasal 4
PENGURUS PUSAT
1. Pengurus Pusat
sekurang-kurangnya terdiri dari lima orang, yaitu Ketua Umum, Sekretaris Umum
dan Bendahara Umum, dan dua orang anggota.
2.
Anggota Pengurus Pusat
adalah warganegara Indonesia dan beragama Kristen.
3.
a.
Pengurus Pusat dipilih
oleh Kongres dengan sistem pemilihan langsung dan/atau pemilihan formatur.
b.
Susunan Pengurus Pusat
yang dibentuk oleh formatur harus sudah dikirimkan kepada Cabang-cabang
selambat-lambatnya dua bulan sesudah Kongres.
c.
Selama Pengurus Pusat
yang baru belum terbentuk, maka Pengurus Pusat yang lama tetap bertanggung
jawab.
4.
a.
Pengurus Pusat
bertanggung jawab kepada Kongres.
b.
Pengurus Pusat
mempersiapkan Kongres.
5.
Ketua Umum dan
Sekretaris Umum Pengurus Pusat mewakili organisasi ke dalam dan ke luar.
6.
a.
Pengurus Pusat dapat
membentuk dan membubarkan badan pembantu yang berupa komisi, panitia khusus
bagi kelancaran pekerjaannya
b.
Pengurus Pusat dapat
mengangkat dan membebaskan anggota dan staf yang ditempatkan dalam badan
pembantu tersebut.
7.
Pengurus Pusat bersidang
sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun.
8.
Pergantian Pengurus
Pusat harus disertai dengan serah-terima yang selengkap-lengkapnya.
Pasal 5
KONPERENSI CABANG
1.
Konperensi Cabang
dipimpin oleh Majelis Ketua yang terdiri dari anggota-anggota yang dipilih oleh
Konperensi Cabang.
2.
Konperensi Cabang
bertugas ;
a.
Menilai laporan Badan
Pengurus Cabang dalam melaksanakan Keputusan Kongres, Keputusan Pengurus Pusat
dan Keputusan Konperensi Cabang.
b.
Menyusun Program
Kerja, Menetapkan Struktur, Kebijaksanaan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Cabang.
c.
Menetapkan masa kerja
kepengurusan dan memilih Badan Pengurus Cabang.
3.
Konperensi Cabang
bertanggungjawab kepada Pengurus Pusat, melalui Badan Pengurus Cabang.
Pasal 6
BADAN PENGURUS CABANG
1.
Badan Pengurus Cabang
sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang yaitu Ketua, Sekretaris dan
Bendahara.
2.
Anggota Badan Pengurus
Cabang adalah warga negara Indonesia dan beragama Kristen.
3.
a.
Badan Pengurus Cabang
dipilih oleh Konperensi Cabang dengan sistem Pemilihan langsung dan /atau
formatur.
b.
Susunan Badan Pengurus
Cabang yang telah terbentuk dilantik dan disahkan oleh Pengurus Pusat dan harus
dikirimkan kepada anggota-anggota selambat-selambatnya dua bulan setelah
pemilihan berlangsung.
4.
a.
Badan Pengurus Cabang
bertanggung jawab kepada Konperensi Cabang dan Pengurus Pusat
b.
Badan Pengurus Cabang
mempersiapkan Konperensi Cabang.
5.
Badan Pengurus Cabang
bersidang sekurang-kurangnya satu kali dalam dua bulan
6.
Penggantian Badan
Pengurus Cabang harus disertai dengan serah terima yang selengkap-lengkapnya.
Pasal 7
SAHNYA PERSIDANGAN
Persidangan
sah untuk mengambil keputusan apabila jumlah yang hadir sekurang-kurangnya
setengah ditambah satu orang dari seluruh anggota persidangan.
Pasal 8
PEMBENTUKAN DAN
PEMBUBARAN CABANG
1.
Pembentukan dan
pembubaran Cabang dilakukan oleh Pengurus pusat, diberitahukan kepada
cabang-cabang dan dilaporkan kepada Kongres.
2.
Pembentukan cabang
dilakukan melalui persyaratan :
a.
Di kota yang terdapat
perguruan tinggi.
b.
Sekurang-kurangnya
terdapat kesediaan dua puluh lima orang mahasiswa untuk menjadi anggota dan
masing-masing mengajukan permohonan kepada Pengurus Pusat.
c.
Sudah mendapat
bimbingan sekurang-kurangnya enam bulan dari cabang yang berdekatan.
3.
Pembubaran cabang
dilakukan melalui persyaratan :
a.
Apabila di kota
tersebut tidak terdapat lagi perguruan tinggi.
b.
Apabila jumlah anggota
kurang dari 25 orang.
c.
Titik a dan b yang termaktub
di atas adalah atas sepengetahuan dua cabang yang berdekatan.
4.
Semua akibat
pembubaran cabang menjadi tanggung jawab Pengurus Pusat bersama-sama dengan dua
cabang yang berdekatan.
Pasal 9
PERBENDAHARAAN
1.
Anggota diwajibkan
membayar iuran atau donasi menurut jumlah yang ditetapkan oleh Kongres.
2.
Cabang diwajibkan
sekurang-kurangnya satu kali dalam empat bulan menyerahkan sebagian dari iuran
atau donasi dan pendapatan lainnya kepada Pengurus Pusat menurut jumlah yang
ditetapkan oleh Kongres.
3.
a.
Kongres membentuk
Badan Pemeriksa Keuangan yang anggotanya terdiri dari wakil cabang-cabang untuk
memeriksa keuangan Pengurus Pusat dan hasil pemeriksaan tersebut dilaporkan
kepada Kongres.
b.
Badan Pemeriksa
Keuangan bekerja secara berkala selama masa kerja Pengurus Pusat di antar dua
kongres.
c.
Kongres menetapkan
pedoman kerja Badan Pemeriksa Keuangan.
Pasal 10
LAMBANG DAN MARS
1.
Organisasi ini
mempunyai lambang dan mars.
2.
Lambang organisasi
terdiri dari :
a.
Bendera
b.
Panji
c.
Topi
d.
Lencana
e.
Pita kepengurusan.
3.
Bendera Organisasi.
a.
Dibuat dari kain
berwarna biru laut.
b.
1)
Berbentuk empat
persegi panjang dengan perbandingan tiga berbanding dua.
2)
Ditengah-tengah
terdapat gambar GMKI berwarna putih yang terlihat jelas pada kedua sisinya
(dengan tulisan terbalik pada salah satu sisi).
3)
Perbandingan tinggi
lambang dan lebar bendera adalah satu banding dua
c.
Dipergunakan dalam
upacara resmi baik yang bersifat umum, maupun yang bersifat khusus organisasi
bersama-sama dengan bendera Merah Putih.
1)
Dalam upacara tingkat
nasional atau daerah (regional) dipergunakan bendera umum organisasi (bendera
GMKI) yang berukuran 270 x 180 cm
2)
Dalam upacara tingkat
lokal (cabang) dipergunakan bendera cabang yang berukuran 135 x 90 cm.
3)
Bendera Merah Putih
yang dipergunakan bersama-sama dengan bendera organisasi harus mempunyai ukuran
yang sama.
4.
Panji Organisasi.
a.
Dibuat dari kain
dengan warna dasar abu-abu dan biru tua kehitam-hitaman.
b.
Tali pinggir (tepi)
panji dibuat dari kain berwarna putih.
c.
Rumbai-rumbai bawah
berwarna putih.
d.
Lebar panji 50 cm
dengan perincian 15 cm abu-abu, 20 cm biru tua dan 15 cm abu-abu.
e.
Tinggi panji dari
puncak sampai keujung sudut di tengah 80 cm, tinggi kedua sisi (tepi) 60 cm.
f.
Tanda salib dan
tulisan dibuat dengan warna putih.
g.
(1) Panji umum
bertuliskan huruf GMKI berwarna putih di bawah tanda salib.
(2) Panji cabang bertuliskan huruf GMKI di atas salib
dan nama cabang di bawah tanda salib.
5.
Topi organisasi.
a.
Berbentuk bundar
(baret) dengan warna dasar biru tua kehitam hitaman.
b.
Memanjang dari muka ke
belakang, ditengah-tengah topi diletakkan kain warna abu-abu dengan lebar
bagian muka 8 cm dan lebar bagian belakang 6 cm.
c.
Pada topi organisasi
hanya dapat dikenakan lencana organisasi yang berbentuk lambang GMKI yang
berwarna putih logam, biru tua dan abu-abu, berukuran (tinggi) 4 cm, pada
bagian muka yang berwarna abu-abu.
d.
Dipergunakan dalam
setiap kegiatan organisasi baik yang bersifat umum, maupun yang bersifat khusus
organisasi.
6.
Lencana Organisasi
a.
Berbentuk perisai
(segi lima) dan dibuat dari logam
b.
Ditengah-tengah
terletak tanda salib berwarna putih logam diatas dasar cat biru tua.
c.
Tepinya berwarna
abu-abu dengan :
1)
Tulisan GMKI pada
bagian atasnya ;
2)
Tiga buah garis-garis
vertikal pada setiap sayap, dikanan dan kiri, dan garis yang terletak ditengah
adalah yang terpanjang ;
3)
Tulisan ― Ut Omnes
Unum Sint‖ melingkar dari kiri ke kanan, yang masing-masing berwarna putih
logam.
d.
Terdiri dari tiga
jenis, yaitu :
1)
Lencana dada, dengan
tinggi 2,5 cm
2)
Lencana topi, dengan
tinggi 4 cm
3)
Lencana pita
kepengurusan (Kordon) dengan tinggi 8 cm.
e.
Dipergunakan dengan
ketentuan sebagai berikut ;
1)
Lencana dada dikenakan
pada dada sebelah kiri.
2)
Lencana Topi dikenakan
pada baret (topi).
3)
Lencana pita
kepengurusan (Kordon) dikenakan pada pita kepengurusan.
4)
Penggunaan diluar
ketentuan ini tidak diperkenankan.
7.
Pita kepengurusan
(Kordon) organisasi.
a.
Dibuat dari kain
berwarna biru tua dan abu-abu.
b.
Lebar pita (kordon)
untuk Pengurus Pusat 7 cm, dengan perincian; 3,5 cm biru tua dan 3,5 cm
abu-abu.
c.
Lebar pita
kepengurusan (kordon) untuk Badan Pengurus Cabang: 4,5 cm dengan perincian 1,5
cm abu-abu, 1,5 cm biru tua, dan 1,5 cm abu-abu.
d.
1)
Dipergunakan
melingkari leher dan pada kedua ujungnya diletakkan lencana pita kepengurusan
(Kordon), berukuran 8 cm pada bagian muka.
2)
Bagi Pegurus Pusat
warna biru tua terletak disebelah dalam.
e.
Panjang Pita (Kordon)
120 cm
f.
Dipergunakan Pengurus
Pusat dan Badan Pengurus Cabang dalam :
1)
Upacara resmi
organisasi atau lembaga lain selaku wakil organisasi
2)
Upacara resmi
organisasi tingkat lokal ( cabang), daerah (regional) maupun nasional.
8.
Mars GMKI adalah lagu
―MARS GMKI‖ yang disahkan dalam Kongres X GMKI tahun 1965 di Manado.
Pasal 11
TINGKAT KEPUTUSAN
ORGANISASI
1.
Organisasi ini
mempunyai tingkat keputusan dengan urut-urutan dari yang tertinggi samapi
terendah sebagai berikut :
a.
Anggaran Dasar.
b.
Anggaran Rumah Tangga.
c.
Keputusan Kongres
d.
Keputusan Pengurus
Pusat
e.
Keputusan Konperensi
Cabang
f.
Keputusan Badan
Pengurus Cabang
2.
Keputusan yang lebih
rendah tunduk kepada keputusan yang lebih tinggi sesuai dengan tingkatan
keputusan organisasi.
Pasal 12
P E N U T U P
Hal-hal yang belum tercantum dalam Anggaran Rumah Tangga ini diatur oleh
Keputusan Kongres, Keputusan Pengurus Pusat, Keputusan Konperensi Cabang,
Keputusan Badan Pengurus Cabang. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga GMKI
ini tetapkan oleh Kongres nasional XXIX GMKI pada tanggal 14 Desember 2004 di
Pematang Siantar, Sumatera Utara.
0 komentar:
Posting Komentar